Ingat..!! Janganlah Lalai Dengan dunia yang penuh dengan pilihan, terus dan terus mencari urusan dunia. Hingga kita lalai Dengan kewajiban kita yang sebenarnya..
Senja
menjelang matahari tenggelam. Di langit masih nampak semburat matahari
yang akan sirna, karena akan datangnya malam. Jalan-jalan mulai sepi.
Orang-orang mulai masuk ke rumah mereka. Diantara mereka ada, yang
sedang berjalan menuju ‘baitullah’, tak jauh dari rumah mereka. Tetapi,
ada seorang lelaki yang berjalan, terus menelurusi jalan yang berliku-liku, menuju sebuah bukit. Ia melangkah terus menuju sebuah bukit, hingga bayangannya tak nampak lagi.
Sungguh tak ada yang menyangka, bahwa laki-laki yang dengan
kesendiriannya itu, dan berjalan menelurusi bukit, yang berbatu dan
berbelok, di senja hari itu, tak lain adalah Rasulullah Shallahu alaihi
wassalm,
yang sore pergi ke kuburan Uhud. Uqbah bin Umair, suatu ketika
menuturkan bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, pergi ke kuburan
Uhud. Rasulullah menshalati mereka, sesudah delapan tahun mereka
dikuburkan seperti seorang yang mengucapkan kalimat perpisahan kepada
orang-orang yang meninggal.
Usai menshalati para pejuang Uhud
itu, Rasulullah lalu menyampaikan do’anya, yang lirih dengan penuh
kekhusukkan. “Aku adalah pendahulu kalian dan saksi atas kalian. Tempat
bertemu kalian adalah telaga,
dan aku benar-benar melihat dari tempatku berdiri ini. Aku tidak
khawatir kalian akan syirik, akan tetapi aku khawatir kalian akan
bersaing memperebutkan dunia”, ungkap Rasulullah.
Kemudian,
Uqbah bin Umair menyatakan : “Itu adalah saat terakhir aku melihat dan
memandang Rasulullah Shallahu alaihi wassalam”. (HR. Bukhari dan
Muslim). Betapa bahagianya orang-orang yang dapat melihat dan memandang
serta bertemu dengan kekasihnya Rasulullah Shallahu alaihi wassalam itu.
Mereka yang dapat bertemu dengan Rasulullah itu, bagaikan mendapatkan
air, ketika terik matahari pandang pasir, yang memanggang sekujur tubuh,
dan kering-kerontangnya tenggorokkan, tiba-tiba mendapatkan tetesan
air. Tetesan air kebahagian dari perjumpaannya dengan Rasulullah. Betapa
mereka akan berbahagia kelak, di hari akhirat, yang mendapatkan do’a
dan shafaat dari Rasulullah. Seperti mereka pejuang Uhud, yang dido’akan
oleh Rasulullah Shallahu alaihi wassalam.
Betapa, ketika itu
Rasulullah Shallahu alaihi wassalam, yang menjadi panutan dan tempat
kembali para ummatnya, yang menginginkan arahan dan do’a, justru
Rasulullah Shallahu alaihiwassalam,
tidak mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalam lembah syirik. Tetapi,
yang dikhawatirkan Rasulullah adalah kalau-kalau umatnya banyak yang
jatuh ke dalam pelukan dunia, dan bersaing memperebutkan dunia. Dunia
telah menjadikan manusia yang hina. Dunia telah menjadikan manusia tidak
berharga. Dunia telah menjadikan manusia sebagai seekor binatang, dan
lebih hina dibandingkan dengan binatang. Karena itu, Rasulullah Shallahu
alaihi wassalam, mengkhawatirkan umatnya, jika nantinya bersaing
memperebutkan sekerat kehidupan dunia.
Dalam riwayat yang lain
disebutkan : “Akan tetapi aku khawatir kalian akan besaing memperebutkan
dunia. Kalian akan berbunuhan dan akhirnya kalian binasa seperti
orang-orang sebelulm kalian”, ujar Baginda Rasulullah Shalllahu alaihi
wassalam. Uqbah bin Umair meriwayatkan ketika, belaiu melihat terakhir
Rasulullah, dan berkata : “Aku adalah pendahulu kalian. Aku saksi
kalian. Demi Allah, aku sekarang melihat telagaku. Aku diberi kunci
gudang-gudang bumi atau kunci-kunci bumi. Dan demi Allah, aku tidak
khawatir kalian akan syirik setelah aku mati, tetapi aku khawatir kalian
akan bersaing memperebutkan dunia”.
Sesungguhnya,
dengan kalimat itu Rasulullah ingin memperingatkan kita untuk tidak
besaing dalam mencintai dunia dengan cara yang menjadikan kita lalai
untuk mengingat Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya.
“ Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang bebuat demikian, maka emreka
itulah orang-orang yagn merugi”. (al-Munafiqun : 9).
Selanjutnya, Abu Hurairah menuturkan bahwa ia mendengar Rasulullah
Shallahu alaihi wassalam, bersabda : “ Ketahuilah, dunia itu terlaknat
dan terlaknat pula seluruh yang ada di dunia, kecuali dzikir kepada
Allah dan apa yang mengikutinya, serta seorang ulama atau pelajar”.
(HR.Tirmidzi)
Maka, jika kita ingin memahami dunia dan hakikat dunia, cukuplah kita membaca firman Allah Ta’ala :
“Sesungguhnya perumpaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karna air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia
dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datangnya kepada azab
Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya)
laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah
tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(Kami) kepada orang-orang yang berpikir”. (Surah Yunus : 24).
Semoga manusia mau menyadari bahwa apa yang ada di dunia ini, semua
fana, dan akan lenyap, tanpa bersisa. Kejarlah dunia, hingga nafasmu
habis, dan tenagamu tak bersisa, niscaya manusia tak pernah mendapatkan
kepuasan dengannya. Manusia yang lalai dengan dunia, maka diakhirat
kelak, tentu akan menjadi hina. Tak mampu lagi berdiri tegak dihadapan
Allah Azza Wa Jalla. Dan, segeralah manusia memohon ampun dan tobat
serta kembalilah kepada mengingat Allah, yang maha kekal,
selama-lamanya, dan yang maha hidup, tak pernah tidur, serta senantiasa
akan menjaga hamba-hambanya yang selalu mengingat-Nya.
Mengapa umurmu, engkau habiskan hanya berbuat sia-sia yang tak
berharga, dan tak bernilai, sehingga engkau meninggalkan kemuliaan, yang
sudah dijanjikan oleh oleh Allah Ta’ala. Kembalilah. Dan, tinggalkan
dunia ini, dan gapailah kemuliaan di akhirat, yang pasti akan datang.
Wallahu’alam.